Cerita Masa SMP
FLASBACK
Pernahkah, kau menguntai
cerita diAtas berdasarkan
Siapa
sih yang nggak kenal dan nggak tau sama awan? Itu loh, sekumpulan tetesan
air atau Kristal-kristal es di dalam
atmosfer yang terjadi karena pengembunan
atau pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah melampaui keadaan
jenuh sampai akhirnya mempunyai macam-macam bentuk yang kalau kita lihat dari
bumi bewarna putih dan yang selalu setia menemani langit setiap saat. Coba deh,
sesekali Ketika kalian berjalan, kalian dongakkan kepala kalian keatas dan
lihatlah langit, pasti kalian akan melihat awan-awan yang berarak mengikuti
langkah kalian dan ketika kalian menginginkan awan –awan itu berhenti mengikuti langkah kalian pasti tak akan
pernah bisa. Semakin cepat kalian berjalan, semakin cepat pula awan-awan itu
mengikuti kalian, dan semakin lambat kalian berjalan maka semakin lambat pula
awan itu mengikuti langkah kalian.
Sama seperti terkenalnya keberadaan
awan dilangit, seperti itulah terkenalnya keberadaan gue di lingkungan sekolah maupun rumah. Siapa
sih yang nggak kenal sama gue? Hampir semua orang ketika ditanya “kenal nggak
sama Awan?” pasti mereka semua menjawab “ooh… Awan si playboy itu ya? Kenal
lah, siapa sih yang nggak kenal sama si Awan.” Pasti itu jawaban orang-orang
yang ketika ditanyai tentang gue. Sekarang terbukti kan kalau gue emang
benar-benar terkenal???. Tapi gue beda loh sama awan yang ada di langit. Kalau
awan yang dilangit mengikuti orang-orang yang jalan di bumi, tapi kalau gue,
gue yang ngikuti awan karena gue termasuk orang yang jalan di bumi. Tapi yang jelas Awan yang ada di bumi sama
awan yang di langit sama-sama terkenalnya.
Menjadi seorang playboy membuat gue
jadi dikenal oleh banyak orang. Sebenarnya
gue nggak ada niat sama sekali untuk menjadi cowok playboy. gue ,
dulunya adalah seorang cowok yang lugu,cupu,dan kuper. Tapi, semenjak beralih
dari masa SMP ke SMA, kehidupan gue bisa dibilang berubah 900 atau
malah sampai 3600. Eits, kalau berubah 3600 pasti
semuanya berubah dong dari ujung kaki sampai ujung kepala, dari isi hati sampai
isi jantung, dari sikap sampai perilaku, tapi kalau yang berubah dari gue cuma penampilan dan sikap gue sih, artinya
nggak nyampai 3600 perubahan gue, kira-kira 900 aja deh
perubahan gue. Hehe.
Sejak
kelas 1 SMP, gue punya hobi bermain music tapi hanya sedikit artinya gue main
music hanya sekedar hobi doang nggak lebih dari itu, gue bermain music dengan
dua teman sekelas gue yang namanya Yohan dan Nathan. Bakat Yohan dan Nathan
bermain music sudah tidak diragukan lagi, kehebatan mereka dalam bermain music
membuat gue semakin ingin bermain music tanpa hanya sekedar hobi saja. Naik ke
kelas 2 SMP, gue semakin sering bermain music dan gue semakin mencintai dunia
music. Hampir semua jenis music gue suka, mulai dari jenis art music, music
klasik yang merujuk pada gaya klasik Eropa, music popular yang bergenre Jazz,
Blues, Funk, Rock, Ragge, Hip hop, Pop, sampai ke jenis music yang tradisional
dan dangdut pun gue juga suka.
Gue, Yohan, Udar, dan Omy mencoba
untuk mengikuti acara-acara festival band yang ada Kota kami. Sebagai
pemula dalam bermain music, kami sangat bangga dengan bakat kami dalam bermain
music, dan kami semakin percaya diri, Walaupun kami gak pernah mendapatkan juara. hihihii,, tapi dengan itu kami jadi keseringan
mengikuti acara-acara festival band.
Setelah pulang sekolah, kami ngerantal di studio untuk ngeband, kami semakin
bersemangat untuk mendalami hobi kami bermain music, kebiasaan ini berlangsung
sampai kami naik kekelas 3 SMP. Sebagai personil band, gue termasuk yang orang
yang suka belajar memainkan alat music apa saja, alhasil gue bisa memaikan
beberapa alat music saja mulai dari
suling, melodi, gitar, bass, drum, dan keyboard. Tapi, gue paling anti kalau misalnya
harus jadi vocalist dan dalam sejarah gue bermain music, gue nggak akan pernah
mau yang namanya jadi vocalist. Bukan karena suara gue yang fals, suara gue
cukup merdu dan bagus untuk menyanyi tapi entahlah gue juga nggak tau kenapa gue nggak mau jadi
vocalist. belum PD kali :D
Perjalanan romansa cinta gue di SMP
semulus jalan yang baru di aspal dan cinta gue pun begitu bersemi seperti
berseminya bunga mawar melati yang disiram setiap hari. Pacar pertama gue namanya
Niri , dia adalah ketua OSIS di SMP gue. mungkin dia pacar pertama gue, makanya
gue sayang banget sama dia. Padahal waktu gue pacaran sama dia, gue benar-benar
nggak tau arti cinta yang sebenarnya itu apa. Mungkin lebih tepatnya cinta gue
sama dia adalah sebatas cinta monyet belaka yang artinya cinta karena telah
memasuki masa pubertas yaitu mulai adanya ketertarikan dan menyukai teman lawan
jenis dan itu adalah hal yang sangat wajar yang terjadi dengan remaja-remaja
belasan tahun di Indonesia.
Gue mulai menyukai Niri sejak gue duduk di bangku SMP kelas 1 dan saat itu gue masih sangat cupu. Niat untuk PDKT sama Niri pasti ada, tapi karena masih malu-malu kecoa, gue nggak berani untuk mendekati dia dan gue lebih memilih untuk menyembunyikan perasaan gue seperti kecoa yang hobinya sembunyi-sembunyi. Gue hanya bisa mengagumi dia, cuma bisa ngeliatin dia dari jauh tanpa dia tau, cuma bisa manggil namanya dan menyapa “Hai” dari dalam hati ketika dia lewat dihadapan gue. Gue nggak ada bakat untuk kepo-in dia bahkan untuk mendekatinya dengan cara yang paling norak sejagat raya pun seperti surat menyurat gue nggak ada keberanian. Bayangin parahnya rasa malu gue waktu awal-awal masuk SMP.
Gue mulai menyukai Niri sejak gue duduk di bangku SMP kelas 1 dan saat itu gue masih sangat cupu. Niat untuk PDKT sama Niri pasti ada, tapi karena masih malu-malu kecoa, gue nggak berani untuk mendekati dia dan gue lebih memilih untuk menyembunyikan perasaan gue seperti kecoa yang hobinya sembunyi-sembunyi. Gue hanya bisa mengagumi dia, cuma bisa ngeliatin dia dari jauh tanpa dia tau, cuma bisa manggil namanya dan menyapa “Hai” dari dalam hati ketika dia lewat dihadapan gue. Gue nggak ada bakat untuk kepo-in dia bahkan untuk mendekatinya dengan cara yang paling norak sejagat raya pun seperti surat menyurat gue nggak ada keberanian. Bayangin parahnya rasa malu gue waktu awal-awal masuk SMP.
Gue berhasil mengungkapkan isi hati
gue ke Niri ketika gue duduk dibangku kelas 3 SMP. Awal mulanya gue medekati
dia adalah gara-gara facebook. Waktu itu facebook lagi boomig-boomingnya,
apalagi waktu itu kami diwajibkan untuk membuat akun facebook untuk nilai
praktek dari pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) karena itu
termasuk dalam materi pelajaran TIK. Sepulang sekolah, gue dan teman-teman gue
sering pergi ke warung internet (warnet) yang ada di seberang sekolah kami.
Ternyata di warnet itu juga ada Niri, saat itu dia sedang kesulitan untuk
membuat akun facebook, sebenarnya gue pingin banget mau bantuin dia untuk
membuat akun facebook, tapi gue masih rada-rada malu waktu itu akhirnya teman
gue yang membuatkan akun facebook Niri.
Saat itu juga gue berhasil membuka mulut gue untuk ngomong ke dia kalau gue
mau tukaran nomor handphone sama dia. Dia cewek yang ramah dan welcome untuk berteman
dengan siapa saja, sehingga dia mau memberikan nomor handphone nya dengan gue.
gue merasa hari itu bahagia banget, sepertiya lope-lope di udara sedang
berterbangan disekitar gue dan ada lope-lope berwarna pink dimata gue yang
nongol-nongol ketika berbicara
dengannya serta dilengkapi dewa neptunus yang memanahkan panah asmaranya tepat
di hati gue membuat gue jadi kasmaran enggak karuan.
Malam harinya, gue memulai misi PDKT
dengan Niri. Gue menyapanya lewat sms, malam itu gue sukses sms sama dia, banyak
banget yang kita bahas waktu itu, karena tergilanya gue dengan Niri
sampai-sampai balasan dari sms nya itu gue koleksi dan gue simpan di folder
pesan tersimpan yang ada di handphone gue. Di mata gue, Niri adalah cewek yang
perfect. Selain cantik, dia juga pintar, nggak sombong, mudah tersenyum, baik
hati, de el el, dan juga dia banyak ditaksir oleh cowok-cowok di sekolah
gue. Semakin hari gue semakin sering
sms-in dia, gue juga sering chattingan sama dia lewat facebook, dan gue pun
semakin dekat dengan dia. Gue sebenarnya mau ngungkapin isi hati gue ke dia di
hari ulang tahunnya, tapi karena gue belum siap mental dan fisik akhirnya gue menyatakan
perasaan gue tepat setelah hari ulang tahunnya yaitu pada tanggal 30 september
2009 itu pun lewat sms, bukan karena gue nggak gentleman tapi karena gue??? Ya
begitulah, hehe. Gue yakin dengan sepenuh hati kalau Niri bakalan nerima cinta
gue, tapi gue juga takut kalau dia nolak cinta gue. Gue berdo’a terus supaya
dia menerima cinta gue sebelum akhirnya dia membalas sms gue dan mengatakan “Ya, gue mau jadi cewek lo” gue
nggak berhenti-berhenti berdo’a.
Ternyata Allah mendengarkan do’a gue
dan mengabulkan permintaaan gue. Gue membaca sms Niri yang bis gue simpulkan
dan artikan kalau Niri menerima gue jadi pacarnya. Hari itu dunia serasa hanya
milik gue sama Niri. Akhirnya cewek yang selama ini gue taksir kurang lebih
hampir 2 tahun bisa jadi pacar pertama gue. Bahagia gue hari itu nggak
ketulungan lagi pokoknya bahagia…. Banget. Rasanya gue mau teriak “ nyak….. babe…
akhirnya Niri jadi pacar gue…!!!”. Tapi niat itu gue kubur dalam-dalam soalnya
kalau gue benar-benar teriak yang ada
gue dibilang gila dan daun telinga gue di tarik dua-duanya sama nyokap bokap
gue yang malam itu sedang menonton televisi. Untungnya gue bisa mengendalikan
emosi kebahagiaan gue dan gue memilih untuk teriak-teriak kegirangan di dalam
hati saja.
Semenjak gue jadian dengan Niri, gue
mulai merasakan warna-warni kehidupan dan berbagai rasa kehidupan. Gue jadi
sering ngajakin dia pergi jalan-jalan. Gue sering ngajakin dia makan bareng , ngerjain PR bareng jalan-jalan sore disekitar kota
dimana gue tinggal, dan juga sering ngajakin dia main kerumah gue begitu pun
juga gue yang sering main kerumahnya. Nyokap sama bokap gue tahu kalau gue
pacaran sama Niri dan mereka tidak keberatan kalau gue pacaran sama Niri begitu
pula dengan nyokap bokapnya Niri yang setuju-setuju saja dengan hubungan gue dengan
Niri. Ya, mungkin karena nyokap bokap kita juga pernah muda makanya mereka
nggak mau ngelarang anak-anaknya untuk pacaran asalkan dengan catatan kalau
pacaran itu sewajarnya saja. Kalau gue sih pacaran yang wajar-wajar nya saja, karena
pemikiran gue masih panjang banget, dan gue punya masa depan yang harus gue
wujudkan karena gue mau jadi orang yang berguna untuk diri sendiri, kedua orang
tua, keluarga, sahabat-sahabat gue, orang lain disekitar gue, untuk agama, nusa
maupun bangsa. Gue enggak mau kehadiran gue didunia ini sia-sia dan enggak
berguna.
Seperti hari-hari kemarin, sepulang
sekolah gue biasanya ngeband di sudio music dekat sekolah, selama dalam
perjalanan mau ke studio, gue udah enggak sabar mau cepat-cepat sampai di
studio karena gue mau ngabarin berita jadian gue dengan Niri sama teman-teman
gue yaitu Yohan, Nathan, Ape, Omy dan Aji. Sesampainya di studio, gue langsung
mengambil gitar dan memainkannya dengan penuh antusias. “Lo abis kesambet setan
apaan Wan?” tanya Ape yang sedang memainkan stick drumnya. “Nggak tau nih anak
tiba-tiba jadi kayak orang yang lagi kasmaran aja.” Sambung Nathan yang masih sibuk
memainkan handphonenya, sedangkan Yohan, Omy dan Aji sibuk sendiri dengan
alat-alat band yang ada di studio. “Gue habis kemasukan jin cinta Pe, gue
diajak terbang oleh dewi cinta yang cantik jelita dan akhirnya gue merasakan
sebuah cinta” jawab gue mencla mencle ngalor ngidul. “Lo jatuh cinta sama
siapa Wan?” tanya Nathan penasaran. “Gue
bukan Cuma sekedar jatuh cinta Than, malah cinta gue udah di terima oleh dewi
cinta gue” gue menaikkan satu alis gue dan melemparkan pandangan ke semua
temen-temen gue. “ya siapa orang yang lo maksud Wan?” kali ini Omy mulai
tertarik dengan perbincangan gue, Nathan dan juga Ape. “Niri, gue jadian sama
Niri” jawab gue santai dan senyum-senyum. “ Ha!!! Niri?? Loe jadian sama Niri
yang ketua OSIS itu?” sambung Yohan dan Aji yang hari itu menjadi kompak
bicaranya dan juga ekspresinya ketika mendengar siapa cewek yang menjadi pacar
gue sedangkan Omi dan Nathan tiba-tiba melongo mandangin gue dan Nathan
tiba-tiba berhenti memainkan handphonenya dan memasang muka sedikit tak percaya
dan bilang “Serius lo Wan? Wah kamu Wan
Gila…”. “Yang deketin Niri kan Banyak wan, kok bisa-bisanya kamu yang jadi
pacarnya?” kata Omy.
Gue menceritakan kepada Yohan,
Nathan, Ape, Aji, dan Omy tentang bagaimana perjalanan kedekatan gue sampai akhirnya gue bisa pacaran sama
Niri. Mereka setuju-setuju saja kalau
gue pacaran sama Niri hanya saja mereka mengingatkan gue kalau udah punya pacar
jangan sampai lupa sama teman. “Oke, siap bro”
mana bisa gue lupain teman-teman gue Cuma gara-gara pacar. Menurut gue
teman dan pacar itu sama-sama penting.
Gue tahu kalau banyak cowok yang
naksir sama Niri jadi enggak heran kalau banyak cowok-cowok yang pada iri kalau
gue pacaran sama Niri, sampai-sampai gue pernah berantem gara-gara dia, lebih
tepatnya sih gue dikeroyok sama mereka. heheh :( Kejadiannya waktu itu ketika gue lagi
santai duduk dikelas pas lagi jam istirahat, tiba-tiba saja beberapa siswa
cowok yang juga seangkatan sama gue nyamperin gue. Enggak ada hujan maupun
badai, enggak ada panas maupun kepanasan, gue langsung di tonjok sama salah
satu diantara mereka. Busyet!!! Gue panic banget, denyut jantung gue langsung
berdegup kencang melewati batas frekuensi detak jantung orang normal, darah
yang mengalir ditubuh gue semakin deras alirannya, muka gue memerah
seketika. Gue enggak tau salah gue apa
sama mereka sampai-sampai gue jadi korban pengeroyokan berjamaah itu. Mereka
sih bilang kalau gue enggak suka liatin mereka, kalau gue lewat didepan mereka,
mereka merasa kalau gue melihat mereka dengan mata yang sinis. Emang sesinis
apa sih mata gue? Sampai-sampai mereka salah paham begitu sama gue. Kurang
kerjaan bin konyol dan gila banget apa yang mereka perbuat ke gue. Padahal gue
tahu kalau mereka enggak suka sama gue gara-gara gue pacaran sama Niri. Gue
hanya bisa diam waktu ditonjok sama mereka, gue pasrah sama keadaan waktu itu,
dan juga gue enggak ada keberanian buat
bales nonjokin mereka, karena gue masih cupu, masih lugu, masih pendiam,
apalagi gue termasuk siswa yang baik dan enggak banyak ulah dimata guru-guru.
Ketika siswa-siswa kurang kerjaan
yang udah nonjokin gue meninggalkan gue dan ruangan kelas tercinta gue, gue
masih tetap terdiam membisu dan kaku. Rasanya ada asap yang keluar di kedua
telinga gue, rambut gue pada tegak semua kayak habis kesentrum, dan kedua
tanduk merah langsung memanjang yang arinya gue marah, walaupun gue ketelat
marahnya tapi tetap saja gue marah. Ya, gue marah sama mereka tapi apa daya
gue? Rasanya gue pingin berlari mengejar mereka dan gue tonjokin muka mereka
satu persatu seperti kalau gue ngebantai musuh ketika main ps. Tapi, itu enggak
mungkin terjadi, it is just my imajination, karena gue enggak berani plus gue
bukan preman yang sukanya berantem, tapi gue adalah siswa yang terpelajar dan gue
harus mencerminkan kalu gue benar-benar terpelajar dan terdidik. Niri
menghampiri gue dikelas, gue enggak tahu berita pengeroyokan gue udah beredar
sampai mana saja dan gue enggak tahu siapa yang jadi reporter mendadak yang
melaporkan ada kejadian pengeroyokan di salah satu kelas SMPN 01 Idaman kota idaman gue
dan korbannya adalah gue salah satu siswa yang duduk dikelas IX.F
dengan alasan yang kurang jelas dan tidak masuk akal.
“Awan,
gimana ceritanya kamu bisa dikeroyok sama mereka?” tanya Niri waktu itu. Gue
hanya diam dan enggak menjawab pertanyaannya karena gue enggak tahu mau kasih
jawaban apa sama dia. “Awan, maafin aku ya, aku tau kalau kamu dikeroyok kayak
gini gara-gara aku. Maafin aku Wan.” Gue masih diam dan enggak mengeluarkan sepatah
kata pun, gue hanya mandangin dia dan memberikan senyuman kecil untuknya yang
artinya gue enggak apa-apa. Mungkin dia bingung melihat gue dan kasihan dengan
gue, lalu dia bilang “Awan, aku enggak tega lihat kamu kayak gini, aku enggak
mau kamu diganggu sama orang lain gara-gara aku. Wan, gimana kalau sementara
kita breakstreet aja dulu? Biar mereka enggak ganggu kamu lagi”. Jlep!!!
Sepertinya Jantung gue berhenti mempompa darah ketika dia bilang
“Bereakstreet”, tapi mau bagaimana lagi kalau
itu maunya dia? Dan dia bilang itu untuk kebaikan gue, sebenarnyague
enggak terlalu mempermasalahkan itu, karena keadaan akhirnya gue manut dengan
apa yang Niri bilang. “Ya udah Ri, kalau itu maunya kamu, enggak apa-apa kok
kalau memang kita harus breakstreet”.
Hubungan breakstreet antara gue dan
Niri berlangsung selama satu minggu. Ooh.. it’s long time for me guys. Perasaan
gue sedih banget ketika backstreet. Dalam hati, maunya gue sama Niri semakin
dekat supaya orang-orang tau kalau Niri sayang banget sama gue. Ternyata, gue benar-benar enggak bisa menjauh
dari Niri, gue enggak tahan dan enggak rela kalau hubungan gue ngambang kayak
gitu, gue enggak mau cuma gara-gara gue dikeroyok terus hubungan gue jadi
backstreet sama Niri.
Gue berteman akrab dengan sahabat-sahabat
Niri yaitu Iwik, Enty, Ana dan Ani, mereka lah tempat curhat gue kalau soal
Niri. Hati gue lagi bersedih sehingga membuat fikiran gue buntu. Gue enggak
tahan sama perasaan gue. Gue pernah mendengar sebuah pepatah “Mengalah untuk
menang” dan gue rasa itu cocok untuk hubungan cinta gue sama Niri. Setelah gue
perdalam makna dari pepatah tersebut, ternyata gue salah. Kalau mengalah
terus-terusan kapan menangnya?.
Gue sms sahabat-sahabat Niri untuk
minta pendapat mereka bagaimana yang harus gue lakukan untuk menyelamatkan
hubungan gue sama Niri. Enggak puas ngebaca sms mereka yang membuat gue semakin
pusing, akhirnya gue mengajak mereka ketemuan. Gue menceritakan waktu gue
dikeroyok dan ditonjokin sama cowok-cowok yang enggak suka kalau gue pacaran
sama Niri. Setelah panjang lebar gue cerita, akhirnya mereka bisa membuat gue
terbangun, ternyata mereka sangat mendukung kalau gue pacaran sama Niri. Thanks guys, you are best friends for me. ^-^
Akhirnya setelah seminggu backstreet dan
setelah mendapat pencerahan dari sahabat-sahabatnya, gue mengajak Niri untuk balikan
lagi dan mengakhiri hubungan backstreet yang udah menyiksa perasaan gue. Fikiran
gue terbuka lebar setelah kejadian itu. Gue berfikir “Mau menjadi orang yang
dihormati atau menjadi orang yang ditakuti”. Lalu, gue bilang ke Niri “Ri, aku
mau kita udahan backstreetnya”. “kamu yakin Wan? Aku masih takut kalau nanti
kamu diganggu lagi sama mereka”. “Ri, aku sayang sama kamu, aku nggak mau
backstreet kayak gini terus, biarin orang-orang tau tentang hubungan kita.
Apapun resikonya nanti, aku harus hadapi karena aku sayang sama kamu Ri.” Gue
harus membuktikan sama Niri kalau gue benar-benar sayang sama dia. Walaupun
awalnya Niri masih ragu, akhirnya dia mau balikan lagi sama gue dan hubungan gue
udah enggak backstreet lagi dan juga teman-teman satu angkatan semuanya tahu
kalau gue pacaran sama Niri, gue enggak peduli nanti gue mau di tonjokin lagi
atau di ganggu lagi dengan siswa-siswa kurang kerjaan itu lagi. Pokoknya gue
sayang sama Niri, apapun akan gue lakukan demi rasa sayang gue sama dia
walaupun membuat gue terluka, dan juga gue enggak mau dianggap rendah sama
mereka. Gue harus tunjukin ke mereka “Ini loh Gue, AWAN”.
Bagi gue, acara perpisahan SMP
adalah perpisahan yang paling tak terlupakan dan perpisahan yang akan menjadi
kenangan terindah sepanjang abad sejarah kehidupan cinta monyet gue. Gue dan
teman-teman ngeband gue berencana untuk ikut berpatisipasi memeriahkan acara
perpisahan angkatan kita dengan ngeband, tapi itu semuanya kita batalin karena
nanti takutnya enggak efektif dan juga teman-teman yang lainnya kurang setuju,
mereka lebih setuju supaya diacara perpisahan nanti siapa yang mau menyanyi
silakan naik keatas panggung.
Kenapa gue bilang kalau perpisahan
SMP adalah perpisahan yang tak pernah terlupakan dan perpisahan yang akan
menjadi kenangan terindah? Karena waktu perpisahan gue menyanyi berdua dengan
Niri. Gue dan Niri menyayikan lagu my heart yang dipopulerkan oleh Irwansyah
dan Acha Septriasa . So sweet banget deh pokoknya waktu gue dan Niri nyanyi
diatas panggung yang dilihat oleh ratusan penghuni sekolah. Terlebih lagi kedua
orang tua gue dan orang tua Niri lihat kita menyanyi. Gue melirikkan mata
kearah dimana nyokap gue duduk, gue lihat nyokap gue senyum-senyum. Penampilan
gue dan Niri semakin menambah suasana yang meriah di acara perpisahan itu.
Gue merasa happy bercampur sedih
saat perpisahan. Perasaan gue campur aduk, semenit bahagia, sejam bersedih,
semenit lagi bahagia, sejam bersedih lagi. Yang membuat gue paling bahagia
adalah ketika gue nyanyi sama pacar gue dan disaksikan oleh banyak orang
terutama sama orang tua gue dan orang tua dia. Setiap pertemuan pasti ada
perpisahan, dan setiap ada perpisahan pasti ada pertemuan lagi, dan setiap itu
juga lagi-lagi tetap saja yang namanya pertemuan pasti ada perpisahan, seolah
hidup ini tak pernah henti-hentinya untuk mempertemukan dan memisahkan antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelmpok dengan individu,
maupun kelompok dengan kelompok bahkan perpisahan dengan diri sendiri pun juga
pasti ada. Seperti kata Ariel sang vocalist grup band NOAH yang dulu adalah
mantan vocalist PETERPAN dalam lagunya yang “Tak Ada Yang Abadi”. Yups, betul
banget kalau di dunia ini semuanya tak ada yang abadi bahkan semua keindahan
pun nantinya akan memudar dan cinta juga akan menghilang.
Gue juga nggak bisa memastikan kalau
perasaan gue ke Niri akan bertahan sampai kapan, karena bisa saja suatu hari nanti gue merasa bosan dan udah
nggak care lagi sama dia dan akhirnya hubungan gue berakhir sama dia, soalnya enggak
ada yang abadi di dunia ini. Tapi gue enggak berniat untuk menghilangkan
perasaan gue sama dia.
Agenda acara perpisahan di SMP gue
benar-benar sangat berkesan, adik-adik kelas banyak yang berpatisipasi
memeriahkan acara dengan menampilkan bakat mereka masing-masing. Ada yang
menari, bermain drama, membaca puisi, dan juga bernyanyi. Gue terharu banget
ketika di acara puncak perpisahan. Lagu hymne gue yang dinyanyikan oleh
adik-adik kelas membuat air mata gue keluar sedikit, padahal air mata gue
banyak yang membendung, tapi gue tahan supaya enggak menetes semua karena gue
malu dengan teman-teman gue yang lain soalnya mereka terlihat biasa saja
walaupun gue tahu mereka juga sangat bersedih. gue sangat menikmati suasana
acara perpisahan sehingga banyak pesan dan kesan yang gue dapat. Ketika
berjabat tangan dengan guru-guru, gue sangat terharu banget apalagi kalau ada
guru yang memeluk dan mengelus kepala gue ketika gue bersalaman dengan mereka,
dan ketika itu pula gue baru merasakan
dan baru tahu betapa besarnya jasa seorang guru. Meskipun dimata gue ada guru
yang sangat menyebalkan, yang pelit dengan nilai, yang susah diajak kompromi,
yang kalau mengajar bikin ngantuk, yang sesuka hati nyekokin materi
terus-menerus sama muridnya, tapi tetap saja mereka sangat berjasa memberikan
kami bekal untuk masa depan kami agar cemerlang dan bisa menjadi penerus bangsa
yang mempunyai budi pekerti luhur.
Gue berharap walaupun nanti gue dan
teman-teman lainnya enggak satu sekolah lagi, kita tetap bisa main bareng,
tetap bisa saling membantu, tetap bisa seru-seruan lagi dan juga gue berdo’a
supaya teman-teman gue nggak jadi orang yang sombong-sombong. Gue berharap
banget semoga waktu pengumuman kelulusan nanti, gue bisa lulus dengan nilai
yang memuaskan supaya gue bisa melanjutkan sekolah di SMA favorite dan yang
terpenting bisa satu SMA dengan Niri.
MY
HEART
Cover
by: Awan feat Niri
Disini
kau dan aku
Terbiasa
bersama
Menjalani
kasih sayang
Bahagia,
kau dan aku
Ini lagu paling
bermakna dan paling romantis sepanjang zaman cinta monyet gue yang pernah
gue nyanyikan, apalagi nyanyinya with my first love, she is Niri.
|
Hari paling indah
Ku ukir nama kita berdua
Disini, durga kita
Bila
kita mencintai yang lain
Mungkinkah
hati ini akan tegar
Sebisa
mungkin
Tak
akan pernah
Sayang
ku akan hilang
Setelah acara perpisahan, tak ada
lagi kegiatan disekolah yang artinya
semua anak kelas IX semuanya diliburkan, karena kita telah menempuh Ujian
Sekolah jadi kita udah free, kan enggak lucu juga udah selesai ujian tapi tetap
sekolah dan belajar. Liburan gue paling menyedihkan. Aktivitas gue cuma
mati-mati (makan tidur-makan tidur) dan itu adalah hal yang membosankan dan
bodohnya gue walaupun udah tahu dan merasakan kejenuhan dari aktivitas yang
hanya mati-mati selama liburan, tapi gue malah menikmati liburan gue yang super
duper menyebalkan itu bukannya mencari aktivitas yang lain yang bisa merubah
kebosanan gue.
Liburan gue terasa semakin menyedihkan
ketika gue ditinggal nyokap, bokap, dan kakak gue pergi ke kota Palembang
sedangkan gue ditinggal sendirian dirumah. Bukan, mereka pergi ke Palembang
bukan untuk berlibur melainkan untuk cek kesehatan bokap gue. Ternyata bokap gue divonis penyakit batu
ginjal oleh dokter, dan harus dioperasi. Malam itu, tante gue yang juga ikut ke
Palembang menelpon gue dan memberitahu gue kalau bokap harus dioperasi. Gue
enggak bisa bilang apa-apa dan enggak tahu harus berbuat apa. Yang Cuma gue
bisa lakuin adalah terus berdo’a kepadaNya supaya operasi bokap gue berjalan
dengan lancar, dan semoga bokap gue diberikan kesehatan, karena kesehatan
adalah sesuatu yang tak ternilai harganya.
Kalau bisa, gue saja yang sakit
jangan orang tua gue. Gue paling sedih kalau melihat orang tua gue sakit. Belum
lama bokap gue habis dioperasi dan keadaannya belum stabil, nyokap gue harus di
kemoterapi. Kali ini, gue mau ikut mengantar nyokap gue kerumah sakit untuk
kemoterapi. Gue nggak tahu pasti penyakit nyokap gue apa, katanya sih penyakit
wanita. Setau gue ketika nyokap
menjalani kemoterapy, perut nyokap gue kayakdi laser.
Hari pengumuman kelulusan, gue
tegang banget, gue takut banget kalau gue nggak lulus, soalnya gue mendengar
kalau tahun angkatan kami nggak lulus 100 %. Entah itu benar atau tidak, gue
berdo’a semoga itu nggak benar, semoga angkatan tahun kami lulus 100% karena
kami masuk di SMP ini sama-sama jadi kami harus keluar dari SMP ini pun juga
harus sama-sama tanpa ada pengecualian. Jujur dari dalam hati gue, gue adalah
salah satu orang dari berjuta-juta orang di Negara Indonesia ini yang tidak
setuju dengan diadakannya Ujian Nasional. Menurut gue, kelulusan tidak harus di
tentukan dengan mengikuti Ujian Nasional. Lagian juga, yang tahu tingkah laku
kita sehari-hari, kemampuan kita, dan juga prestasi kita adalah pihak sekolah
bukan nilai ujian nasional. Ooh.. mungkinkah ada yang salah dengan system
pendidikan di Indonesia???.
Amplop kelulusan sudah ada ditangan
kepala sekolah kami. masa depanku hanya ditentukan 3 hari selama 3 tahun aku
sekolah, ini benar-benar nggak fare. Tapi
sudahlah, ini sudah menjadi takdir kami sebagai siswa. A. Nama kami dipanggil
satu persatu untuk menerima amplop kelulusan, dari kelas IXA sampai kelas IXG.
Ketika semua siswa-siswi kelas IXD telah dipanggil semua, tapi tidak untuk
Niri. Ketika giliran nama gue dipanggil, gue langsung membuka amplop itu, dan
Alhamdulillah, gue di nyatakan LULUS.
Gue bahagia banget bisa LULUS, tapi
tiba-tiba gue menjadi Awan yang mendung dan tak bergairah lagi dengan
kebahagiaan gue. “Awan, langsung pulang saja ya, jangan pergi kemana-kemana.
Tolong nanti kamu antar Niri pulang” kata pak Erwan. Gue benar-benar bingung,
bukan Cuma pak Erwan saja yang mengatakan seperti itu dengan gue, tapi
guru-guru yang lain pun juga. Firasat gue benar-benar nggak enak banget hari
itu. Gue memilih untuk menunggu Niri di gerbang sekolah, gue duduk sendirian
disana, gue masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Niri.
Niri dan teman-temannya berhenti
dihadapan gue, gue langsung berdiri dan menatap Niri. Enti, Iwik, Ana dan Ani
membuka amplop Niri. Mereka saling memandang satu sama lain dengan wajah yang
kusut. “Gue nggak lulus ya?? Iya kan?? Gue nggak lulus??” Niri menatap gue dan
teman-temannya dengan mata berkaca-kaca. Enti, Iwik, Ana dan Ani langsung
memeluk Niri, amplop kelulusan yang dipegang oleh Enti lepas dari gengamannya
dan tangan gue segera mengambilnya. “Niri TIDAK LULUS”.Gue langsung terduduk,
ingin rasanya gue memeluk Niri, gue enggak tega banget lihat Niri. “Wan, biar
kita aja yang ngantarin Niri pulang, lo pulang aja duluan” kata Iwik.
Gue merasa bersalah sama Niri, gue
takut orang tuanya marah dan bilang kalau Niri tidak lulus karena gue. Sebelum
Niri pacaran dengan gue, Niri sering sekali mendapatkan juara kelas dan ia
salah satu murid teladan disekolah gue. Untunglah menteri pendidikann masih
menyediakan paket A yang cuma beda tanggal nya aja dengan kelulusan gue waktu itu untuk siswa-siswi yang belum lulus Ujian Nasional. Gue
selalu support Niri supaya ia tidak putus asa, gue selalu menemani dia ke
sekolah untuk ikut ujian ulang. Gue yakin kali ini Niri pasti lulus.
Benarkan??? Seperti yang gue bilang
diawal, ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia. Di satu sisi gue
senang Niri bisa lulus dengan adanya ujian ulang tersebut, tapi di sisi lain
gue tidak terima kalau hasil akhir nilai ujiannya nyaris sempurna semuanya.
Kalau seperti itu, mending gue milih untuk tidak lulus kemudian aja. gue bisa ujian
lagi dan nilai gue bisa tinggi, alhasil gue bisa masuk SMA faforit. Katanya
nih, ijazah yang luus ujian nasional dan ijazah yang lulus ujian nasional ulang
itu berbeda, tapi toh kenyataannya sama saja. Mendingan tidak usah sekalian ada
ujian nasional kan?? Ujian nasional hanya menambah dosa saja, menjadikan semua
orang di instansi pendidikan melakukan kecurangan, tidak jujur dan lain
sebagainya.. guru menjadi tak berguna lagi karena adanya ujian nasional
walaupun mereka mempunyai julukan “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Mengapa???
Karena kunci jawaban dari soal-soal ujian nasional semuanya bisa dibeli, dan
pelajaran-pelajaran selama kurang lebih 3 tahun di SMP yang diajarkan oleh guru
tidak lagi menjadi bekal ketika ujian melainkan handphone lah yang menjadi
bekal ketika ujian berlangsung karena kunci jawaban disebarkan melalui
handphone, kita sebagai siswa tak perlu lagi pusing berfikir untuk memecahkan
soal-soal karena kita telah memiliki kunci jawaban dari paket A-D. apakah final
untuk bisa dikatakan lulus dari sekolah harus dengan ujian nasional??? Menurut
gue tidak!!!!
cerita diAtas berdasarkan
- berdasarkan fakta gue
- pengalama
- mengunakan nama samaran dari toko aslinya
Yeahh keren ;-) tapi kenapa harus NB nya itu tulisanya dilurusin menjadi orang sedikit kebingungan untuk membaca :-/ . kembangkan terus menulisnya :) siapa tau bisa menjadi seorang penulis :)
BalasHapusok mksih ya :)
BalasHapusSkrg jd orang terkenal ya bram..good
BalasHapus